Kamis, 28 Agustus 2008


PANJAT TEBING - INTRODUKSI

Olah raga memanjat tebing sebenarnya merupakan bagian dari Mountaineering yang majemuk. Namun demikian pada masa sekarang, belum ada sumber yang menyebutkan kapan dimulai, panjat tebing seolah-olah berdiri sendiri. Terlepas dari Mountaineering. Maka muncullah para tokoh yang menspesialisasikan pada kegiatan memanjat tebing semata, antara lain, Patrick Edlinger dari Perancis, ataupun Royal Robins dari Amerika, dan banyak lagi lainnya.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa orang yang melakukan kegiatan Mountaineering harus pula bisa memanjat tebing. Tetapi, seorang pemanjat tebing tidak harus menginjakkan kakinya di puncak gunung. Memang agak sulit menerima pendapat ini. Apalagi sekarang ini, orientasi pemanjat tebing bukan hanya lintasan yang sulit namun sudah berorientasi ke puncak gunung yang bertebing. Maka sebaiknya hal ini tidak usah dipermasalahkan. Yang jelas, olah raga panjat tebing terus berkembang sebagai olah raga "mahal", karena nyawa sebagai taruhannya, yang bisa dilakukan sendiri ataupun bagian dari Mountaineering.

Dalam olah raga ini, penemuan lintasan baru merupakan buah penemuan yang patut dihargai. Tanpa harus mempersoalkan sulit atau tidaknya lintasan yang ditemukan. Walaupun secara umum lintasan baru itu dianggap mudah, namun terdapat perbedaan yang menyolok sekali antara si pemanjat yang sedang menyabung nyawa di lintasan itu dengan orang lain yang memberikan penilaian terhadap lintasan itu sambil duduk santai di warung kopi ataupun di teras rumah.

Seperti halnya olah raga lain yang berbahaya maka pada diri seorang pemanjat tebing juga dituntut keberanaian, ketelitian, kemampuan berpikir, dan bertindak dalam pada saat kritis, kekuatan fisik yang baik, dan penguasaan terhadap teknik yang benar. Tanpa semua aspek tersebut maka pemanjatan tebing merupakan arena "bunuh diri" semata.

Betapa bahagianya seorang pemanjat tebing yang berhasil melewati lintasan tanpa mendapat cidera sedikitpun. Barangkali, kebahagiaan ini bisa dianalogikan dengan kebahagiaan penerjun payung yang berhasil membuka payung dan menginjak bumi kembali pada sasaran.

=====================================================
Dikutip dari buku: " Memanjat Tebing Menggapai Langit - Pelajaran Rock Climbing Bagi Pemula dan Lanjutan"

Penerbit: Pustaka Grafiti Utama - 1987

PANJAT TEBING - LATIHAN FISIK

Page: 1/2
(767 total words in this text)
(1058 Reads)

PANJAT TEBING - LATIHAN FISIK

Pada prinsipnya olah raga memanjat tebing (rock climbing), olah raga yang menuntut kekuatan dan ketahanan otot tubuh. Selain itu, faktor lain ialah keberanian, ketenangan, kelenturan tubuh, dan teknik yang benar. Memanjat tebing melibatkan hampir seluruh otot tubuh. Mulai dari otot jari, otot lengan, otot punggung, otot perut, sampai otot kaki.

Untuk melatih seluruh otot tubuh dan mempertinggi daya tahan, diperlukan program latihan yang teratur dan berkesinambungan. Dengan program ini diharapkan kekuatan (strength) dan daya tahan (endurance) atlet pemanjat (climber) bertambah baik secara bertahap.

Salah satu cara terbaik untuk menambah kekuatan dan daya tahan yang biasa dilakukan oleh atlet pemanjat tebing ialah berlatih lari teratur dengan menerapkan program latihan yang telah disusun. Penulis mempunyai suatu program latihan yang hasilnya cukup memadai dan pernah diterapkan ketika mempersiapkan pendakian pegunungan Alpen yang pertama, 1985, dan yang kedua, 1986. Secara teratur penulis latihan lari pada siang hari dengan jarak yang bervariasi.

Mengapa siang hari? Pada siang hari lapisan udara dipermukaan tanah ataupun jalan aspal menjadi lebih renggang dibandingkan dengan lapisan udara diatasnya akibat sinar matahari. Ini berarti kadar oksigen juga menipis. Keadaan ini sama dengan keadaan di gunung yang tinggi. Pada gunung yang tinggi sering kali diperlukan tabung oksigen untuk membantu pernapasan.

Dengan berlatih siang hari maka paru-paru akan dipaksa bekerja lebih keras menghisap udara berkadar oksigen rendah. Pemaksaan ini menyebabkan kemampuan paru-paru dalam menghisap udara semakin besar. Peningkatan kemampuan paru-paru berpengaruh terhadap daya tahan organ tubuh manusia. Semakin banyak kadar oksigen dapat dihisap dan diedarkan ke seluruh jaringan tubuh melalui proses pembakaran, semakin baik daya tahan tubuh seseorang.

Tabel Program Latihan Lari

Jarak (meter)

Waktu (menit)

Frekuensi/Minggu

1600

8.30 - 9.30

1x

2400

12.00 - 13.00

1x

3200

17.00 - 18.00

1x



Mengingat olah raga ini menuntut kekuatan otot tubuh, terutama tangan, maka selain berlatih lari juga diperlukan latihan memperkuat otot. Caranya ialah dengan latihan beban (weight training). Latihan beban dapat dilakukan dengan dua cara :

1. memanfaatkan berat tubuh sendiri seperti pull-up, push-up, dan bergelantungan dengan kedua tangan.
2. dengan bantuan peralatan seperti barbel dan dambel.

Untuk lebih mudahnya, ikuti petunjuk latihan beban dibawah ini yang disusun dalam satu seri latihan dengan selang istirahat 2 menit untuk setiap jenis latihan yang dilakukan. Diharapkan, setelah menjalankan program ini selama beberapa waktu, jarak istirahat semakin diperpendek. Dan latihan dapat dilakukan lebih dari dua seri, sampai akhjirnya kemampuan tangan dalam menahan beban semakin besar.

Program latihan bagi para pemula

jenis latihan

banyaknya

selang istirahat

pull-up

5x

2 menit

push-up

10x

2 menit

sit-up

10x

2 menit

PANJAT TEBING - LATIHAN FISIK

Page: 2/2
(767 total words in this text)
(1059 Reads)



Setelah merasa mampu, tingkatkan latihan beban dengan cara mempersingkat selang istirahat dan memperbanyak tiap jenis latihan. Kemudian buatlah beban untuk latihan
pull-up. Beban ini bisa diuat dari pasir yang dimasukkan ke kantong atau besi pemberat yang diketahui beratnya.

Gantungkan dengan tali ke tubuh setiap kali latihan pull-up. Guna latihan ini untuk melatih kemampuan otot tangan dalam mengangkat beban berat. Latihan dilakukan bertahap dengan berat beban yang semakin bertambah.






















Selain lari dan latihan beban, ada sebuah metode latihan yang efektif yaitu dengan membuat tebing tiruan dari batu yang ditempelkan pada dinding ataupun dengan melubangi dinding. Inilah yang disebut dengan Climbing Wall, memanjat tembok.

Climbing Wall merupakan sarana latihan yang mudah dibuat dan bermanfaat untuk melatih keseimbangan, menambah kekuatan otot, daya tahan, dan meningkatkan ketrampilan pemanjat tebing. Dengan Climbing Wall seseorang dapat meningkatkan frekuensi berlatihnya mengingat Climbing Wall dapat dibuat di sembarang dinding. Baik dinding kamar ataupun dinding pagar.


Yang perlu diperhatikan dalam membuat Climbing Wall, yaitu penempatan batu dan lubang pada dinding. Hendaknya diusahakan agar Climbing Wall yang dibuat tidak hanya melatih satu gerak memanjat yang monoton. Variasi penempatan batu dan lubang akan lebih terasa manfaatnya.

Meskipun frekuensi berlatih di Climbing Wall tinggi namun jangan lupa bahwa cara terbaik untuk memanjat tebing ialah memanjat tebing yang sesungguhnya.Climbing Wall ganya berperan sebagai penunjang. Kesulitan yang didapat di Climbing Wall dapat diatur menurut selera pembuat tentu berlainan dengan kesulitan di tebing yang sesungguhnya.

=====================================================
Dikutip dari buku: " Memanjat Tebing Menggapai Langit - Pelajaran Rock Climbing Bagi Pemula dan Lanjutan"
Oleh:
Wiyanto Wongso Suhardjo
Penerbit: Pustaka Grafiti Utama - 1987

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 1/10
(1869 total words in this text)
(886 Reads)

DASAR MEMANJAT TEBING

Sebagian orang berpendapat bahwa kaki merupakan titik utama yang harus diperhatikan dalam memanjat tebing. Sebagai contoh, ketika menaiki anak tangga yang disandarkan di dinding dengan posisi miring. Disini kedua tangan boleh dikatakan hanya berfungsi sebagai alat keseimbangan tubuh. Posisi ini membuat kedua tangan tidak menerima beban berat tubuh.

Jika kekuatan kedua tangan dipergunakan untuk menaiki anak tangga, artinya memberi beban pada keduatangan tanpa peduli akan tumpuan kedua kaki di anaktangga yang sudah stabil, maka dalam jarak yang tidakterlalu jauh tenaga akan terkuras habis dan tangan menjadi tegang.

Prinsip ini juga berlaku pada waktu memanjat tebing. Kebanyakan pemula cenderung mempergunakan kedua tangan sebagai titik tumpuan yang utama tanpa percaya pada kedua kaki sebagai penumpu berat tubuh di tebing. Yang perlu diperhatikan oleh para pemula ketika memanjat tebing ialah kombinasi antara kekuatan tangandengan penempatan titik keseimbangan. Gunakan sebaik mungkin setiap hold (pegangan, pijakan) yang ada.

Batasi penggunaan tangan hanya untuk pengatur keseimbangan tubuh. Kecuali pada tempat tertentu yang menuntut kekuatan tangan semata. Penempatan kaki yang baik bukan saja menghemat tenaga, tapi juga menjadikan gerakan si pemanjat lebih indah dipandang mata.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 2/10
(1869 total words in this text)
(887 Reads)




Sebagai pemula, berlatihlah di tebing yang tidak terlalu curam dan rendah. Untuk menjaga keamanan, pastikan bahwa batuannya tidak labil, tidak mudah runtuh. Berlatihlah secara teratur dan hati-hati; ini yang penting diperhatikan. Biasanya pemula cenderung untuk tergesa-gesa dalam bergerak di tebing, akibatnya sering terjadi kecelakaan. Selain itu, pemula cenderung untuk memanjat tebing yang tinggi karena dianggap mudah tanpa menghiraukan sistem pengaman pemanjatan (belaying system). Mereka. pemula, bangga jika dapat mencapai puncak tebing lewat rute mudah tanpa tali pengaman. Padahal inilah kecenderungan yang salah dan berbahaya.

Pada waktu berlatih, pelajarilah cara penempatan kaki pada hold dan crack (rekahan di permukaan tebing). Pertimbangan pertama dalam hat penempatan kaki adalah gerakan selanjutnya. Penempatan kaki yang "pas" akan membantu keseimbangan dan memantapkan ge rakan selanjutnya. Pertimbangan kedua, melalui insting sehingga kita dapat bergerak dengan alami dari hold dan crack yang satu ke yang lain. Gerakan insting ini hanya dapat terangkai dengan baik apabila dilatih terus-menerus dan teratur.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 3/10
(1869 total words in this text)
(887 Reads)



Jika kebetulan menemui hold yang tipis dan tajam seperti sisi meja, pergunakan sisi sepatu teristimewa jika mempergunakan sepatu khusus panjat tebing sehingga kontak antara kaki dan tebing semakin banyak. Dengan cara ini pula kaki akan lebih rapat ke tebing. Dalam ke-
adaan ini kecenderungan kaki untuk menekuk pada gerakan selanjutnya berkurang sehingga memperkecil kemungkinan terpeleset.

Pada tempat yang membulat dan miring (rounded), usahakan agar tumit tetap rendah dan. di bawah horisontal hold semacam itu. Posisi ini akan membuat pijakan semakin mantap dan subil karena gaya gesek tapak sepatu menjadi maksimal. Untuk itu, latihlah tumit dengan cara berjingkat-jingkat atau membengkok-bengkokkannya.




Cara berpijak pada hold yang miring

Untuk melatih tangan dan kaki pada hold yang tipis, carilah slab (tebing licin dan hampir rata tetapi tidak curam) agar mampu menguasai teknik penggunaan tangan dan kaki pada berbagai macam bentuk dan ukuran hold.

Pemula cenderung meraih hold atau crack yang terlalu jauh dan di luar jangkauan normal, akibatnya ia harus "ngotot" dan mengeluarkan banyak tenaga. Tidak jarang keseimbangan menjadi terganggu. Jika kaki atau tangan digerakkan terlalu jauh bukan tidak mungkin titik keseimbangan tergeser, karena tumit ikut terangkat.Akibat lebih jauh dati tergesernya keseimbangan, terpaksa "terjun" bebas ke bawah.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 4/10
(1869 total words in this text)
(887 Reads)




Bagi pemula meraih pegangan yang terlalu jauh bisa berakibat fatal

Seorang pemanjat yang baik dapat diibaratkan gerakannya sebagai gerakan seekor kucing tanpa bersuara dan cekatan.Jika kita sudah mampu Inelakukan itu, hal ini berarti sudah melakukan hal yang benar. Untuk bergerak seperti itu, pilihlah hold dengan hati-hati. Kemudian tempatkan kaki dan tangan pada posisi yang benar serta mantap, tanpa menimbulkan suara berisik, tanpa kegaduhan, dan tanpa melakukan gerakan yang tidak perlu.

Ada "aksioma" yang berlaku dalam olahraga panjat tebing, yaitu "tiga kuat satu mencari". Tiga dimaksudkan sebagai tumpuan yang kuat di tebing dan satu sebagai pencari tumpuan. Dua tangan berpegang kuat dan mantap, satu kaki berpijak dengan mantap pula. Posisi seperti ini memungkinkan satu kaki yang lain bergerak untuk mencari pijakan. Untuk memindah kan tangan, maka dua kaki berpijak dengan mantap dan satu tangan berpegang kuat. Begitulah seterusnya.

Sebelum bergerak, pastikan bahwa posisi sudah mantap. Pada posisi seperti ini jika salah satu pijakan atau pegangan terlepas oleh suatu hal, keseimbangan tubuh masih terjaga kecuali jika posisinya "dua kaki satu tangan", maka pegangan terlepas, akan mengakibatkan kecelakaan. Ini penting diperhatikan karena pemula sering membua( gerakan yang tidak perlu, sehingga kehilangan keseimbangan dan bisa berakibat fatal.

Untuk melatih agar trampil ddlam mempergunakan tangan dan kaki, berlatihlah di slab atau di tebing yang banyak terdapat crack, meskipun crack dan hold yang kita jumpai hanya cukup untuk menempatkan ujung sepatu.

Bicara tentang jenis pegangan dan pijakan, maka crack merupakan jenis yang terbaik buat pemanjat tebing. Crack bisa terjadi pada permukaan tebing karena proses alami. Crack yang terjadi bisa miring, horisontal dan vertikal. Namun demikian, kesulitan dapat terjadi pada waktu mempergunakan crack sebagai pijakan. Kaki yang terjepit sukar dilepaskan dari crack ketika akan bergerak naik atau menyamping (traverse). Apalagi jika crack itu miring dan sepatu terjepit dengan keras oleh gerakan kita di crack. Untuk itu penempatan kaki pada crack perlu diperhitungkan dengan cermat.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 5/10
(1869 total words in this text)
(887 Reads)




Teknik Menuruni Tebing

Meskipun kita mempelajari berbagai teknik memanjat, namun yang tidak boleh dilupakan ialah teknik menuruni tebing dengan merayap. Ini perlu, mengingat pada kasus tertentu kita "dipaksa" oleh tebing untuk melakukan gerakan turun ini. Tanpa berlatih khusus teknik menuruni tebing, suatu saat kesulitan akan menghadang ketika kita.menuruni tebing yang telah kita panjat. Kesulitan ini karena tidak dapat melihat hold atau crack di bawah kita.

Untuk dapat menuruni tebing, posisi tubuh harus dijaga agar tetap seimbang. Agar lebih mudah, bergeraklah ke samping. jangan tegak lurus, sebab akan sulit melihat hold atau crack di bawah kita. Gerakan menyamping ini lebih aman daripada langsung ke bawah meskipun kadang-kadang sulit untuk menempatkan kaki pada hold atau crack. Apalagi jika tebing cukup curam.

Berlatih menuruni tebing, lebih-lebih yang sulit, akan menambah kepercayaan terhadap diri sendiri. Pada suatu saat ketika memanjat rute yang sulit, kita terpaksa turun lagi dengan merayap untuk beristirahat atau mengatur strategi pemanjatan selanjutnya, jarang ada pemanjat yang dapat melewati rute sulit dengan sekali "gebrakan". Penempatan kaki, pegangan dan pengaman memerlukan strategi yang baik agar gerakan memanjat dapat "terangkai" dengan baik.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 6/10
(1869 total words in this text)
(887 Reads)



Jika tidak terbiasa dengan latihan ini biasanya pemanjat akan grogi lebih-lebih di medan yang belum dikenalnya manakala cuaca tiba-tiba berubah buruk, misalnya.

Pentingnya penggunaan kaki sudah cukup untuk di ketahui. Kini kita beralih dengan penggunaan tangan.

Fungsi Tangan

Fungsi tangan tidak kalah penting daripada kaki. Secara alami tangan sudah terlatih sejak kecil untuk memegang. Ini yang memungkinkan tangan lebih cepat dapat dilatih daripada kaki.

Pada latihan, usahakan sebanyak mungkin menggunakan seluruh jari tangan untuk memegang atau menekan, karena pada suatu saat kita akan dihadapkan pada situasi di mana hold atau crack hanya cukup untuk dua jari. Tanpa latihan yang baik kesulitan ini akan menghambat gerakan selanjutnya.

Selagi memanjat, batasi jangkauan tangan agar keseimbangan tidak terganggu. Tentu saja suatu saat kita harus menjangkau hold atau crack yang cukup jauh. Pada situasi seperti ini bergeraklah dengan hati-hati. Pastikan bahwa pijakan dan pegangan sudah mantap.

Pemula lebih cenderung mempergunakan kekuatan tangan untuk memanjat tanpa memperhatikan penting nya penempatan kaki. Meskipun kaki tetap berpijak tetapi biasanya "ngambang". Apalagi jika pijakannya kecil. Hal ini disebabkan ketidak yakinan untuk berpijak. Akibat hal ini, tangan cepat kehabisan tenaga.

Yang penting untuk diperhatikan oleh para pemula pada waktu memanjat ialah bagaimana menempatkan kaki, pegangan dan menjaga keseimbangan agar kelelahan pada tangan dapat teratasi.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 7/10
(1869 total words in this text)
(887 Reads)



Dalam pemanjatan terdapat bermacam-macam teknik yang lazim dipergunakan dalam menghadapi medan tertentu, yaitu:

Handholds

Hold ada bermacam-macam bentuk, ukuran dan posisi. Yang perlu diingat, kemampuan mengkombinasikan gerakan memanjat dengan mempergunakan handhold dan foothold (pijakan kaki) dengan baik dan benar, sesuai dengan titik keseimbangan posisi yang dihadapi pada saat itu.

Pegangan terbaik bagi pemanjat, jika keseluruhan jaritangannya dapat berpegang. Pegangan semacam Ini disebut handhold atau jug handle. Pegangan semacam ini
menambah keyakinan si pemanjat untuk bergerak lebih lanjut. Memang bisa dikatakan pegangan semacam inilah yang merupakan "surga" bagi pemanjat tebing.

Fingerholds

Hold yang lebih kecil dari handhold, dimana jari-jari hanya menempel kira-kira satu ruas, disebut fingerhold. Pada fingerhold usahakan merapatkan jari-jari ke permukaan tebing dengan man up, sehingga seluruh kekuatan dapat terpusat ke ruas jari yang berpegangan pada hold. Cara ini mencegah jari-jari terpeleset dari hold.

Pinchgrip

Pada suatu ketika akan ditemui jenis pegangan yang untuk memegangnya harus "mencubit" dengan menekankan jari-jari dan ibu jari pada arah yang berlawanan.
Biasanya pinchgrip berada pada posisi miring dan vertikal.

Undercling

Dasar teknik ini, tekanan tangan dan kaki pada arah yang berlawanan. Tangan berpegang pada "bibir" crack atau tonjolan batu yang menghadap ke bawah dengan tarikan ke atas. Sementara itu kaki menekan dengan mantap di dinding tebing. Akibat tarikan tangan yang memberi gay a ke atas kaki dapat tertekan ke dinding tebing. Untuk bergerak lebih lanjut, jaga agar posisi ini tetap mantap sebelum tangan yang satu dilepas untuk mencari pegangan yang lain.

Yang perlu diperhatikan pada posisi ini, ialah titik keseimbangan. Usahakan sedemikian hingga titik keseimbangan tetap terkontrol meskipun hanya dengan satu tangan yang memberi gaya tarikan.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 8/10
(1869 total words in this text)
(887 Reads)

Jamming

Pada tebing-tebing batu sering dijumpai crack yang terlalu lebar untuk dapat dipakai sebagai pijakan atau pegangan. Untuk mengatasi crack semacam ini dipergunakan teknik khusus yang disebut jamming. Dasar teknik ini dibagi dua: jepitan tangan (hand jam) dan jepitan kaki (foot jam). Dengan cara menempatkan kaki atau tangan ke dalam crack agar terjepit, maka akan timbul gaya gesekan antara kaki atau tangan dengan tebing. Cara menempatkan kaki atau tangan tergantung pada kondisi crock itu sendiri.

Layback

Teknik ini dipergunakan pada crack vertikal ataupun tonjolan vertikal di tebing yang cukup panjang. Prinsip teknik ini hampir sarna dengan undercling, hanya saja lebih banyak tenaga yang terkuras akibat panjangnya medan yang harus dilalui.

Gerakan kaki dan tangan harus berirama. Artinya, gerakan hanya satu per satu dan kompak. Jika tangan bergerak, maka yang lain tetap di tempat. Setelah tangan mantap berpegang, satu per satu kaki digerakkan keatas.

Meskipun teknik ini menguras tenaga, namun suatu saat akan diperlukan. Untuk itu latihlah teknik layback ini. Tidak harus di tebing, di pagar besipun bisa dilakukan. Dan kalau diteliti dengan cermat, sesungguhnya banyak sarana dapat kita pergunakan untuk berlatih. Baik itu di rumah, di gedung sekolah maupun di cabang pohon, cabang yang kuat. Hilangkan kebiasaan menuntut fasilitas yang sempurna untuk latihan. Yang terpenting ialah semangat.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 9/10
(1869 total words in this text)
(889 Reads)



Chimney

Pada kondisi tertentu akan dijumpai sebentuk cerobong (Chimney) di tebing. Untuk dapat memanjatnya dipergunakanlah teknik khusus yang disebut chimney.Prinsip gerakannya, memanfaatkan tekanan antara anggota tubuh dan tubuh ke dinding tebing. Untuk lebih
mudah, pelajarilah gambar di disamping.

DASAR MEMANJAT TEBING

Page: 10/10
(1869 total words in this text)
(889 Reads)

Bridging

Jika chimney yang terbentuk terlalu lebar, maka dipergunakan teknik lain yang disebut bridging. Prinsip teknik ini, memberikan tekanan pada dinding chimney. Sedikit demi sedikit tubuh digerakkan ke atas sampai chimney ini terlewati

=====================================================

Dikutip dari buku: " Memanjat Tebing Menggapai Langit - Pelajaran Rock Climbing Bagi Pemula dan Lanjutan"
Oleh:
Wiyanto Wongso Suhardjo
Penerbit: Pustaka Grafiti Utama - 1987

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Page: 1/9
(977 total words in this text)
(481 Reads)

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Setelah mempelajari teknik memanjat dan menggunakan berbagai jenis pengaman kini anda siap untuk berlatih memanjat dengan mempergunakan tali pengaman. Tali yang dipergunakan biasanya berdiameter 9 mm atau 10 mm. Ada juga yang mempergunakan tali 11 mm. Kedua ujung tali dibuat simpul 8. Simpul pertama digabungkan ke harness orang yang akan bertindak sebagai leader. Simpul kedua digabungkan ke garness orang yang akan menjadi belayer. Perhatikan! Karabiner yang dipergunakan sebagai pengait harus berkunci. Dengan demikian belayer dan leader tergabung dalam satu tali tanpa ada risiko terlepas satu sarna lain.

Sebelum leader bergerak naik, terlebih dahulu belayer harus membuat anchor dengan piton, chock,atau natural anchor. Anchor yang dibuat harus mampu menahan hentakan ke atas jika leader terjatuh. Atau jika sudah berada pada ketinggian tertentu, anchor harus pula diperhitungkan untuk menahan beban hentakan dari atas dan tarikan ke bawah.



Anchor yang dibuat tanpa mempertimbangkan kedua hal diatas dapat membahayakan kedua pemanjat. Peralatan yang dibawa oleh leader hendaknya disesuaikan dengan lintasan yang dipanjat. jangan terlalu memberatkan tubuh dengan membawa peralatan yang tidak perlu. Rajinlah berlatih. Karena dengan sendirinya anda akan dapat meramalkan jumlah dan jenis peralatan yang seharusnya dibawa.

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Page: 2/9
(977 total words in this text)
(482 Reads)
Setelah anchor terhambat dengan kuat barulah leader mulai memanjat. Berilah pemberitahuan terlebih dahulu kepada belayer agar ia siap menjaga anda. Pilihlah hold yang memungkinkan untuk bergerak dengan seimbang dan pasti. Berkonsentrasilah pada apa yang sedang anda lakukan. Bergeraklah dengan hati hati.

Jika sudah berada 2 atau 3 meter di atas belayer segeralah pasang runner untuk mengamankan gerakan selanjutnya. Masukkan main rope ke dalam karabiner yang terpasang.

Pada saat memasukkan main rope, perhatian harus terpusat pada pegangan yang hanya satu tangan. Setelah main rope terkait barulah leader sedikit lebih am an dari beberapa menit sebelumnya. Jika ia tiba-tiba terjatuh, ia tidak lagi akan menghempas dasar tebing di bawahnya. Belayer akan mengamankan dengan tali yang sudah ditahan oleh sistem pengaman yang dipergunakannya.

Pemasangan runner yang ideal untuk keamanan berjarak 2 atau 3 meter satu sama lain. Misalnya jarak dari runner terakhir 3 meter, maka jika leader terjatuh jarak ini di kali dua dan ditambah jarak akibat lenturan tali dan tali yang kendur. Jika runner tersebut ambrol maka jarak jatuh akan bertambah dua kali dari jarak runner dibawahnya.

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Page: 3/9
(977 total words in this text)
(482 Reads)


Untuk itu, segeralah memasang runner tanpa harus memperhitungkan mudah sulitnya lintasan. Pada lintasan mudahpun bahaya tetap mengancam. Baik karena terpeleset, tertimpa batu, pegangan ambrol, atau pun terkejut oleh tokek, ular, dan kalajengking yang kerap ditemui di tebing-tebing. Setiap kali memasang runner periksalah terlebih dahulu apakah sudah cukup am an dengan cara menyentakan dari berbagai arah. Setelah yakin dengan kekuatannya barulah leader bergerak ke atas.

Pemasangan runner harus memperhatikan lancar tidaknya main rope agar gerakan tidak terganggu. Salah satu cara untuk memperlancar main rope ialah dengan memanjat pada lintasan yang lurus. Atau, jika lintasan tidak lurus, usahakan menjaga tali agar tetap lurus dengan menambahkan webbing atau sling.

Pilihlah lintasan yang tidak terlalu sulit sebelum menguasai teknik pemanjatan dengan baik. Berlatihlah terus. Sedikit demi sedikit alihkan latihan pada lintasan yang semakin sulit. Yang penting, penguasaan teknik dahulu. jangan tergiur untuk memanjat ke tebing yang tinggi sebelum kemampuan teknis anda cukup memadai.

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Page: 4/9
(977 total words in this text)
(482 Reads)

Setelah mencapai suatu teras tidak harus sepanjang tali akhirilah pemanjatan. Segeralah buat dua atau lebih anchor untuk mengamankan anda dan rekan yang akan naik.


Pastikan bahwa anchor itu mampu menahan berat badan anda berdua. Setelah aman beritahulah rekan anda untuk naik. Kini anda yang bertanggung jawab atas keselamatannya. Tariklah tali sedemikian hingga tegang, karena akan.memberi keleluasaan rekan anda sewaktu mencabut piton atau chock yang terpasang. Selain itu, juga untuk menjaga aga ia tidak terlalu jauh bila terjatuh. Tali yang kendur akan menyentak dengan keras apabila tiba-tiba rekan anda jatuh.

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Page: 5/9
(977 total words in this text)
(482 Reads)


Dalam panjat tebing dikenal istilah yang berfungsi sebagai kode atau pemberian aba-aba yang disebut "climbing calls". Sedikit banyak ini penting diketahui sebab komunikasi antara leader dan belayer haruslah tepat dan jelas terdengar serta singkat. Komunikasi yang tidak lancar bisa berakibat fatal bagi keduanya. Di bawah ini diberikan istilah yang penting untuk diketahui bukan dimaksudkan untuk gagah-gagahan oleh pemanjat tebing. Walaupun bahasa kita mungkin bisa dipergunakan, tapi tidak berlaku universal.

Off Belay: Teriakan leader untuk memberitahukan pada belayer bahwa ia sudah tidak memerlukan pengamanan dari belaayer lagi. Leader sudah memasang anchor dan aman.

Belay Off: Jawaban belayer terhadap "off belay". Kini, ia boleh melepas anchor belay.

Slack: Kendurkan tali. leader atau belayer bisa mempergunakan istilah ini untuk mengendurkan tali pada kasus tertentu.

Up Rope / Pull: Kencangkan tali. Leader atau belayer memberi kode agar tali ditegangkan.

Taking In: Leader berteriak untuk menyatakan bahwa ia menarik tali ke atas (biasanya setelah leader sampai di teras, tali masih bersisa beberapa meter).

That's Me: Jawaban orang kedua apabila tali telah habis sampai mentok di harnessnya.

On Belay: Leader memberi kode pada orang kedua bahwa ia sudah diamankan.

Climb (Climb When You're Ready): Leader memerintahkan orang kedua untuk memanjat sambil bersiap mengamankannya.

Climbing: Leader (orang kedua) memberi kode bahwa ia siap memanjat.

OK: Orang kedua (leader) siap mengamankan pemanjatan.

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Page: 6/9
(977 total words in this text)
(482 Reads)

Dalam pemanjatan kadang-kadang puncak tebing dapat dijangkau oleh panjang tali standar (45m). Tetapi, kadang-kadang tali tidak mencukupi karena puncak tebing lebih dari panjang tali standar.

Untuk itu, ada dua teknik dalam pemanjatan. Yang pertama, Single Pitch Climbs (pemanjatan tahapan tunggal atau satu tahap) dan Multi Pitch Climbs (pemanjatan secara bertahap).

Untuk lebih jelas, pelajarilah gambar di bawah ini

MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN

Page: 7/9
(977 total words in this text)
(482 Reads)

MEMANJAT DENGAN TALI PENgaman


MEMANJAT DENGAN TALI PENGAMAN











































































=====================================================
Dikutip dari buku: " Memanjat Tebing Menggapai Langit - Pelajaran Rock Climbing Bagi Pemula dan Lanjutan"
Oleh: Wiyanto Wongso Suhardjo
Penerbit: Pustaka Grafiti Utama - 1987





TEKNIK TURUN TEBING

Page: 1/4
(468 total words in this text)
(407 Reads)

TEKNIK TURUN TEBING

Bayangkan kini anda berada di puncak tebing yang curam. Untuk turun, tentu tidak merayap kembali. Suatu teknik yang dipergunakan untuk menuruni tebing dengan memanfaatkan gaya gesekan, baik tubuh, maupun alat bantu khusus, disebut rapelling atau juga abseiling.

Teknik ini perlu dipelajari dengan sungguh-sungguh. Banyak pendaki yang tewas sewaktu menuruni tebing dengan repelling. Biasanya karena kelalaian dalam pemasangan anchor

Sebelum yakin anchor yang terpadang kuat jangan turun dahulu. Ceklah achor dengan menggantunginya beberapa saat dengan pengaman tali pada anchor lainnya. Setelah yakin barulah tali dilempar ke bawah. Buatlah simpul pada ujung tali yang dilempar agar apabila tidak sampai ke permukaan tanah atau teras, anda tetap tertahan oleh simpul tadi.

Teknik pertama, teknik yang klasik. Tali langsung berhubungan dengan tubuh. Untuk itu diperlukan pakaian yang tebal agar tubuh tidak lecet atau mendapat luka bakar. Teknik ini perlu diketahui karena siapa tahu peralatan yang anda bawa terjatuh semua. Teknik ini disebut Classic rappel/Body rappel.


[gbr130]


TEKNIK TURUN TEBING

Page: 2/4
(468 total words in this text)
(408 Reads)



Teknik kedua mempergunakan sling dan sebuah karabiner. Sling dikaitkan pada paha kemudian kaitkan sebuah karabiner. Setelah itu, tali dimasukkan ke dalam karabiner.

Untuk mengontrol lajunya, tali dilewatkan dari puncak. Teknik ini disebut sling rape.


[gbr131]

TEKNIK TURUN TEBING

Page: 3/4
(468 total words in this text)
(408 Reads)


Sebuah teknik lagi, masih ada teknik lain, yang penting diketahui, teknik menuruni tebing dengan alat bantu khusus Figure Eight Descender atau jenis lainnya (Allain Descender atau Fameau Descender).


[gbr132]


TEKNIK TURUN TEBING

Page: 4/4
(468 total words in this text)
(408 Reads)



Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menuruni tebing;

1. Bawalah sepasang tali dengan diameter 5 atau 6 mm. Gabungkan tiap tali dengan simpul nelayan sehingga terbentuk loop. Kalungkan di leher. Apabila tali yang dituruni tergantung pada overhang atau tidak sampai ke dasar tebing, anda dapat mempergunakannya sebagai prusik guna meniliti tali naik ke atas kembali.

2. Buatlah simpul pada ujung tali. Apabila oleh suatu hal anda tidak dapat mengontrol kecepatan turun, simpul itu akan menyelamatkan anda.

3. Orang yang turun pertama kali setelah sampai pada teras atau dasar tebing harus mencek apakah tali dapat ditarik ke bawah. Kadang-kadang tali terjepit di celah yang dilewatinya atau karena penempatan anchor yang salah.

4. Turunlah secara perlahan-perlahan. jangan melompat-lompat seperti pasukan komando. Gerakan berlebihan bisa mempengaruhi kekuatan anchor dan dapat berakibat fatal. Selain itu, dengan bergerak perlahan, anda akan lebih mudah mengontrol titik pendaratan.

5. Gerakan selalu karabiner yang berkunci agar lebih aman. Karena apabila tali membelit karabiner biasa ia akan terbuka.

6. Untuk keamanan, gunakan sling atau webbing yang masih kuat pada anchor.

Rapelling, teknik yang sangat penting sebagai pembendaharaan pemanjat tebing ataupun pendaki gunung. Selain itu, juga cepat, menyenangkan, dan aman apabila berhati-hati.

Berlatihlah pada tebing yang tidak terlalu curam dan tidak terlalu tinggi. Gunakan selalu sepasang sarung tangan agar telapak tangan tidak terbakar.

=====================================================
Dikutip dari buku: " Memanjat Tebing Menggapai Langit - Pelajaran Rock Climbing Bagi Pemula dan Lanjutan"
Penerbit: Pustaka Grafiti Utama - 1987

SAFETY 1: PENGGUNAAN PENGAMAN ALAM

Page: 1/3
(406 total words in this text)
(359 Reads)


Dalam suatu pemanjatan, perhatikanlah keadaan permukaan tebing dengan teliti.
Kemungkinan akan dijumpai yang disebut Natural Runner di sana-sini yang dapat

dimanfaatkan. Pada dinding tebing kadang-kadang terdapat sejenis pohon dengan akar yang "tertanam" kuat di sela-sela atau rejahan tebing. Pohon ini dapat dipergunakan sebagai Natural anchor (tambatan alam) dan Natural runner.

Untuk mempergunakannya, pilihlah pohon yang berdiameter kira-kira minimal 3 cm,
berakar kuat, dan masih hidup. Secara teknis mudah sekali. Anda tinggal mengkaitkan webbing atau sling dan mengkaitkan sebuah karabiner atau biasa disebut cincin kait. Kemudian masukkan tali utama ke dalam cincin kait itu.

Pada rekahan tebing sering pula dijumpai sebuah pecahan batu tebing terjepit dengan kuat (chock stone). Proses ini terjadi secara alami. Pada rekahan yang menyempit ke bawah sebuah pecahan batu tebing terselip dan dengan sendirinya berada pada posisi yang ideal untuk dipakai sebagai pengaman.

Jika anda memutuskan untuk mempergunakan chock stone ini, perhatikan benar-benar apakah batu yang terjepit tidak goyah oleh sentakan ke bawah kalau anda terjatuh dan jenis batuannya cukup keras sehingga tidak pecah terkena beban jatuh.

Untuk membuat pengaman prinsipnya sama dengan pengaman alam jenis pohon tersebut di atas. Bisa juga dengan cara lain. Tergantung kondisi yang anda hadapi. Untuk itu seorang leader harus kreatif dan di samping faktor lain seperti terampil, terlatih, berani, dan sebagainya.

SAFETY 1: PENGGUNAAN PENGAMAN ALAM

Page: 2/3
(406 total words in this text)
(360 Reads)




Pengaman alam bisa juga dibuat dari tonjolan pada permukaan tebing yang cukup kuat.

Biasanya pada permukaan tebing terdapat horn (tonjolan, tanduk), yang ideal untuk dipakai sebagai pengaman. Meskipun tidakcukup meyakinkan tonjolan kecil masih lebih baik daripada tidak sama sekali.



Suatu ketika dapat terjadi horn yang dijumpai tidak terlalu menonjol dan membulat.

Untuk mengatasi hal ini pergunakan webbing dan ikatan dengan erat agar tidak tergeser dari kedudukannya ketika anda bergerak naik. Karena geseran ikatan dapat terlepas dengan sendirinya, sehingga fungsinya sebagai pengaman hilang.


[gbr-63]

SAFETY 1: PENGGUNAAN PENGAMAN ALAM

Page: 3/3
(406 total words in this text)
(360 Reads)





Tunnel (lubang tembus) dapat terjadi pada tebing-tebing kapur limestone karena
pengaruh perubahan cuaca dan angin. Pada lubang tembus ini pengaman dapat dibuat asal terlebih dahulu diketahui kekuatan batuannya. Masih sering dijumpai lubang tembus ambrol ketika tersentak beban jatuh.



Meskipun anda telah terlatih dalam mempergunakan natural runner atau natural anchor namun hati-hatilah agar risiko kecelakaan dapat diperkecil. lebih-lebih untuk para pemula, yang biasanya cenderung kurang teliti dalam memilih runner yang baik.

=====================================================
Dikutip dari buku: " Memanjat Tebing Menggapai Langit - Pelajaran Rock Climbing Bagi Pemula dan Lanjutan"

Penerbit: Pustaka Grafiti Utama – 1987







SAFETY 2: PENGGUNAAN CHOCK

Page: 1/5
(648 total words in this text)
(328 Reads)

Sesungguhnya, penggunaan chock sebagai runner pemanjatan tebing mengandung nilai seni yang tinggi. Dengan piton seseorang dapat pula memanjat, tapi dengan sedikit rasa takut, sedikit seni, dan sedikit ketrampilan, meskipun palu yang menghantam mata piton menimbulkan suarabukan merupakan larangan. Dentingan bising dan seolah-olah merupakan suatu paksaan dalam usaha manusia untuk menaklukkan tebing yang dihadapinya. Jika penggunaan piton dalam suatu pemanjatan tebing dibatasi, berarti seseorang itu telah melakukan permainan yang lebih tinggi nilainya daripada menggunakan piton.

Penggunaan chock hanya sebagai pengaman, lain tidak. Sebagai contoh, kita tidak begitu mengalami kesulitan ketika menemui rekahan di tebing berukuran tertentu. Dengan bong (sejenis piton bersudut) rekahan ini mudah diatasi; karena toleransi ukuran bong cukup besar. Tapi dengan mempergunakan chock, gerakan si pemanjat harus lebih-hati-hati dan dengan perhitungan matang, karena pemasangan pengaman jenis ini tidak semudah memasang piton. Kita harus berpikir dua kali sebelum meninggalkan chock yang telah kita pasang sebagai pengaman.


[gbr-69]

SAFETY 2: PENGGUNAAN CHOCK

Page: 2/5
(648 total words in this text)
(329 Reads)




Biasanya para pemula kurang hati-hati dalam menyisipkan chock pada rekahan tebing.

Sehingga sering terjadi chock terlepas dari tempatnya. Di sinilah letak bahayanya; chock tidak lagi berfungsi sebagai pengaman. Untuk mengatasi hal ini salah satu cara yang baik, berlatih dan berlatih dalam menggunakan chock sebagai pengaman. Agar tidak mengudang bahaya yang lebih besar, sebaiknya latihan pemasangan chock dilakukan di tebing yang tidak terlalu tinggi dan banyak memiliki cacat batuan atau rekahan.

Banyak pemanjat tebing yang hanya menggunakan ,chock dalam suatu pemanjatan. Karena menurutnya dengan piton, tebing akan rusak atau cacat dan tidak lagi sesuai dengan keadaan aslinya.

Dengan hanya menggunakan chock sebagai pengaman berarti pada si pemanjat akan dituntut ketelitian, kemahiran, keberanian, dan juga keyakinan untuk dapat mengatasi setiap lintasan yang dipilihnya sendiri.


[gbr-70]

SAFETY 2: PENGGUNAAN CHOCK

Page: 3/5
(648 total words in this text)
(329 Reads)




Ada juga pemanjat tebing yang menggunakan piton dalam pemanjatan, tapi dibatasi hanya pada keadaan di mana chock tidak lagi bisa digunakan sebagai pengaman.

SAFETY 2: PENGGUNAAN CHOCK

Page: 4/5
(648 total words in this text)
(329 Reads)





Meskipun chock sudah terpasang dengan benar dan batunyapun cukup kuat untuk dapat menahan beban jatuh, namun masih ada beberapa permasalahan penting yang perlu mendapatkan perhatian dari seorang leader.

Yang pertama, tubuh. Mengapa? Ketika anda telah memasang chock dengan benar dan cukup kuat untuk menahan beban jatuh, tiba-tiba terlepas akibat terangkat ke atas oleh tali utama. Untuk mengatasi hal ini maka perlu ditambahkan sebuah webbing agar gerakan tubuh ke atas tidak mengganggu kedudukan chock.



Yang kedua, lenturan tali. Seaktu leader terjatuh, tali melentur terkena beban tubuh. Akibat lenturan ini, chock dapat terangkat dan terlepas dari kedudukannya. Untuk itu chock harus diberi back-up (kekuatan tambahan) pada tempat tertentu yang diperkirakan hal ini dapat terjadi, sehingga jika lenturan menyebabkan chock terlepas, masih ada kekuatan cadangan yang menyelamatkan ieader dari bahaya yang lebih fatal.


[gbr-72]

SAFETY 2: PENGGUNAAN CHOCK

Page: 5/5
(648 total words in this text)
(329 Reads)




Yang ketiga, karena tegangan (drag) tali. Ini terjadi jika penempatan chock menyebabkan tali membentuk diagonal satu sama lain atau zig-zag. Karena zig-zag, maka tegangan tali akan menarik chock yang telah terpasang sehingga dapat lepas dari posisinya.



Setiap chock mempunyai nomor urut sesuai dengan ukurannya. Nomor 1 untuk chock yang terkecil dan seterusnya. Ini dimaksudkan untuk memudahkan leader dalam memi!ih ukuran chock yang sesuai dengan besarnya rekahan dan juga memudahkan berkomunikasi dengan "Belayer" (orang yang mengamankan). Pada keadaan tertentu, leader akan lebih mudah menyebut nomor yang dimintanya daripada harus menyebutkan besarnya atau ukurannya.

Memasang chock sebagai pengaman harus diperhatikan benar-benar jenis bantuan dan lebar sempitnya rekahan. Jika pemasangan chock sudah benar dan batuannyapun cukup kuat, maka masih ada kelemahan lain yang menyebabkan kecelakaan, yaitu tali baja atau sling pengikat chocknya terputus oleh suatu sebab. Untuk itu dianjurkan selalu memeriksa semua peralatan yang akan dipergunakan memanjat tebing.

Chock yang mempunyai standar UIAA (Union International des Associations d'Alpinisme), yaitu suatu badan yang mengadakan standarisasi untuk peralatan mountaineering yang berkedudukan di Prancis, dijamin keamanannya jika dipergunakan secara benar dan terawat dengan baik.

=====================================================
Dikutip dari buku: " Memanjat Tebing Menggapai Langit - Pelajaran Rock Climbing Bagi Pemula dan Lanjutan"

Penerbit: Pustaka Grafiti Utama - 1987

Peralatan Panjat Tebing

(373 total words in this text)
(645 Reads)


Sebagai pemula, Anda akan dipusingkan seputar nama-nama aneh dari peralatan panjat.
Artikel ini menyajikan fungsi dari peralatan panjat, setelah membacanya anda akan
mengetahui perbedaan antara; nuts dan cams, friends dan carabiner, dan lainnya.

Belay Device (Peralatan untuk Belay)


Belay Device adalah peralatan untuk menahan tali saat pemanjatan
agar pemanjat tidak terjatuh. Banyak versi yang biasa dipakai,
yang paling sering dipakai adalah ATC, Figure 8, dan Grigri.







Cam atau Friends

Spring Loaded Camming Device (SLCD) atau biasa disebut cam atau
friends adalah peralatan proteksi pemanjatan yang fenomenal,
diciptakan oleh Ray Jardine seorang aerospace engineer yang
senang manjat pada tahun 1973. Jika ditarik, ujungnya akan mengecil
sehingga mudah dimasukkan ke celah tebing. Jika dilepas ujungnya
akan mengembang memenuhi celah tebing. Cam tersedia dalam beberapa
ukuran disesuaikan dengan lebar celah tebing.


Carabiner
Ada banyak jenis carabiner, setiap jenis memiliki fungsi tersendiri
dalam pemanjatan.

Carabiner HMS memiliki kunci (screw) sebagai pengaman, dipakai
sebagai anchor pada top roping dan juga dipakai oleh belayer.


Carabiner D atau Oval dan Snap (Snapring) digunakan untuk keperluan
lain seperti untuk dipakai bersama dengan cam dan draw.



Quickdraw atau Runner

Adalah pasangan webbing atau sling dengan dua buah carabiner jenis
snapring, dipakai sebagai alat proteksi di tebing.



Hexes

Adalah pasangan sling dengan tabung alumunium (titanium) segi enam.
Berfungsi sama dengan cam, berharga lebih murah, tetapi lebih sulit
dalam penempatannya di celah tebing. Seperti cam. hexes tersedia dalam
beberapa ukuran.


Nuts

Nuts adalah peralatan proteksi yang paling banyak dipakai oleh pemanjat
tebing, fungsinya sama dengan cam dan hexes dengan harga lebih murah.



Tricams

Adalah peralatan proteksi pemanjatan, walaupun berbeda bentuk tetapi
fungsinya sama dengan nuts. Pemakaiannya relatip sulit, tidak dianjurkan
dipakai untuk pemula.





Silahkan klik link dibawah untuk mengetahui lebih jauh peralatan panjat lainnya:
http://www.rockclimbing.com/gear



-Pendaki Jompo-




Chock dan Friend

(528 total words in this text)
(258 Reads)


Chock adalah alat yang digunakan dalam pemanjatan tebing yang dimasukkan ke celah batu dengan jari tangan sehingga terjepit dan dapat menahan beban dari arah tertentu. Bagi sementara pemanjat tebing, penggunaan chock lebih menarik dan menyenangkan dibandingkan piton. Alat ini ringan dan mudah dipasang dan dilepaskan, dan kadang-kadang memberikan pengaman yang lebih baik daripada piton (misalnya pada batuan lepas atau batuan serpih).

Ada yang berpendapat bahwa piton memisahkan manusia dengan alam. Pemakaian piton menyebabkan si pemanjat merasa dijauhkan dari tebing. Dengan piton, seorang pemanjat bisa melampaui tebing batu dengan sedikit keterampilan, sedikit seni dan sedikit ketakutan. Sedangkan chock seseorang ditantang untuk menggunakan seni sebagi pengganti pemaksaan dalam usaha memanjat tebing. Irama pemanjatan menjadi lebih alamiah, karena tidak terusik oleh suara dentingan piton dan palu. Penggunaan alat ini mempunyai dampak yang positif sehubungan dengan etika pemanjatan yang disebut pemanjatan bersih (clean climbing) karena cenderung mengurangi kerusakan pada tebing batu.

Secara garis besar chock mempunyai tiga bentuk yaitu bulat, segi enam dan baji. Chock yang berbentuk baji disebut pula stopper, sedangkan chock yang berbentuk segi enam disebut juga hexentrik atau hex.

Untuk menghubungkannya dengan karabiner, chock dilengkapi dengan sebuah ikalan (loop) tali, pita webing, atau kabel kawat. Panjang ikalan ini ditentukan berdasarkan tujuan dan selera pribadi si pemanjat tebing. Ikalan yang panjang biasanya digunakan untuk chock yang berukuran besar, dan ini baik untuk pemanjatan bebas (free climbing), karena dapat memenuhi kebutuhan dalam sistem penempatan runner yang benar. Ikalan panjang memudahkan si pemanjat membawa chock itu dengan mengalungkannya dileher.

Ikalan pendek pada chock terutama menguntungkan dalam pemanjatan artifisial, karena si pemanjat tebing dapat berdiri lebih tinggi dan dekat dengan chock sebagai titik tumpuannya. Kendati masing-masing mempunyai kekurangan dan kelebihannya, tetapi baik ikalan panjang maupun ikalan pendek dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada saatnya. Ikalan panjang (terutama dari tali dan webing) dapat dipendekkan dengan pembuatan simpul, sedangkan ikalan pendek dapat diperpanjang dengan menggunakan runner tambahan (karabiner atau webing).

Ikalan chock dengan tali kelihatannya lebih indah, karena lubang tersedia memang untuk ukuran tali. Akan tetapi chock dengan webing menguntungkan dalam pemakaiannya, karena bisa menyelip dicelah batu yang sempit. Tali dan webing kekuatannya kira-kira sama. Tetapi karena perrmukaannya lebih lebar maka webing lebih gampang tergesek batu sehingga kekuatannya dapat berkurang.
Chock dengan ikalan dari kabel kawat mempunyai beberapa keuntungan dibanding dengan chock berikalan tali atau webing. Chock berikalan kabel kawat lebih mudah diletakkan dan dilepaskan dari dalam celah. Selain itu karena kaku dan keras, chock berikalan kabel kawat bisa diletakkan dicelah batu beberapa centimeter lebih tinggi dari daya

jangkau tangan seorang pemanjat tebing. Kelemahan chock ini adalah mudah lepas oleh sentakan tali ke arah yang tidak tepat atau sesuai dengan arah semestinya.
Sering kali pemanjat tebing tidak bisa menemukan ukuran chock yang tepat untuk pelbagai celah batu, kendati dia telah membawa chock pilihan. Chock memang tidak dapat digunakan disetiap celah batu. Berdasarkan keterbatasan ini, maka diciptakanlah sebuah alat penjepit yang disebut friend. Kelebihan dari alat ini adalah dapat menyesuaikan ukuran bentuknya agar bisa digunakan pada berbagai celah batu.

Friend mampu memperingan beban si pemanjat tebing. Akan tetapi ada pula yang berpendapat bahwa alat ini adalah suatu kemunduran, karena pemakainnya hanya membutuhkan sedikit perasaan dan keterampilan sama seperti piton. Dianjurkan agar memantapkan penempatan pengaman chock terlebih dahulu, sebelum memutuskan memakai friend.

Sumber : mendaki gunung “Norman Edwin”









Minggu, 24 Agustus 2008

Hutanku


Hutan ditempat kita......

Kebumen adalah sebuah kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini mendapat julukan sebagai kota Beriman (bersih, indah, aman, nyaman). Di Kabupaten Kebumen, total luas hutan negara dan hutan rakyat 39.317,2 hektar atau sekitar 30,68 persen dari 128.111,5 hektar luas wilayah Kabupaten Kebumen.

Tertulis di sebuah prasasti yang ditemukan di desa Sumberadi, pada tahun 1475 Kebumen merupakan daerah hutan lebat yang masih dapat dijumpai rawa-rawa. Pada sekitar tahun 60-an di Kebumen Utara masih dapat kita jumpai hutan dengan bukit-bukit yang menjulang tinggi. Pada sekitar era 80-an masyarakat Kebumen mulai membangun pertambangan pasir, batu, maupun material berat lainnya di wilayah Karangsambung. Selain itu, karena bertambahnya populasi masyarakat Kabupaten Kebumen, masyarakat mulai membangun permukiman dan mulai membuka hutan untuk dijadikan lahan pertanian. Hal itu menyebabkan luas hutan Kebumen berkurang lebih dari 30 persen dalam kurun waktu 5 tahun. Akibatnya lahan kritis di Kabupaten Kebumen meningkat, Dinas Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Kabupaten Kebumen mencatat, luas lahan yang berpotensi manjadi lahan kritis mencapai 12.830,6 hektar, agak kritis 12.233,5 hektar dan lahan yang sudah kritis 10.275 hektar. Meningkatnya luas lahan kritis di Kebumen disebabkan oleh beberapa hal, antara lain deforestasi dan degradasi.

Deforestasi

Deforestasi terjadi karena adanya konversi hutan untuk pertanian, perkebunan, permukiman, pertambangan dan prasarana wilayah. Menurut data State of the World’s Forests 2007’ yang dikeluarkan the UN Food & Agriculture Organization’s (FAO), angka deforestasi Indonesia pada tahun 2000-2005 adalah 1,8 juta hektar/tahun. Kalau kita berjalan-jalan di wilayah pegunungan di Kebumen, atau bahkan sampai puncaknya, kita akan menjumpai hamparan ladang singkong ataupun tanaman palawija lainnya. Contohnya di wilayah bukit Pranji, Kecamatan Sruweng dan di wilayah bukit Watu Gede, Kecamatan Alian dapat kita jumpai ladang singkong dan kebun jambu biji di lereng bukit itu, namun tidak hanya di kedua bukit tersebut. Pada bukit lainynya di Kabupaten Kebumen kita juga dapat menjumpai ladang singkong dan kebun jambu di puncaknya.

Sumber daya alam Kabupaten Kebumen sangatlah melimpah, selain daerah pantai yang menyediakan berton-ton ikan setiap harinya, Kebumen juga mempunya hutan yang menyediakan berbagai macam hasil bumi yang melimpah. Selain menyediakan kayu, hutan Kebumen juga menyediakan bahan tambang seperti batu, pasir dan material berat lainnya. Contohnya di daerah desa Karangpoh, daerah pertambangan yang awalnya hanya seluas ± 20m2, kini luasnya melebihi luas sebuah lapangan sepak bola.

Menurut penuturan salah satu pegawai Pemda, lahan itu merupakan lahan milik LIPI ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ) yang nota bene wilayah itu dilindungi oleh Undang-Undang. Sayangnya untuk satu truk pasir ataupun batu marmer yang harganya di pasaran sangat mahal, mereka hanya diharuskan membayar biaya retribusi sebesar Rp 6000,00. Tak terbayangkan keuntungan yang didapat oleh para pemilik pertambangan itu, dan betapa dirugikannya negara oleh aktifitas itu. Selain merugikan negara, aktifitas pertambangan itu juga mencemari lingkungan di sekitarnya. Menurut penduduk yang tinggal di sekitar area pertambangan itu, banyak anak kecil yang terjangkit ISPA ( Infeksi Saluran Pernafasan Atas ) yang disebabkan oleh gas buangan dari pertambangan itu. Kepulan asap dari mesin-mesin tambang juga menghembuskan gas-gas beracun yang berbahaya bagi mahluk hidup lainnya di sekitar area pertambangan itu. Banyak pohon di hutan yang rusak dan mati akibat terkena limbah buangan pertambangan itu.

Membuka hutan untuk permukiman juga menjadi salah satu penyebab rusaknya hutan di wilayah Kabupaten Kebumen. Tragisnya pembangunan perumahan KORPRI dan PEPABRI juga merupakan salah satu contoh pembukaan areal hutan sebagai lahan permukiman. Meskipun pembangunan permukiman itu mempunya tujuan mulia, namun hal itu tetap saja sulit untuk diterima. Percuma saja bila bangunan-bangunan megah itu harus rusak oleh banjir ataupun bencana lain yang disebabkan oleh pembangunan perumahan itu.

Tiga puluh lima persen areal hutan yang hilang adalah akibat konfersi hutan sebagai lahan pertanian. Dampak nyata akibat kerusakan hutan telah dapat kita rasakan antara lain banjir, kekeringan, erosi, longsor, sedimentasi dan sebagainya. Dampak lainnya yang juga kini mengancam manusia akibat laju kerusakan hutan adalah berkembangnya berbagai virus yang mematikan.Sebagaimana yang diungkapkan oleh Prof. dr. Hadi S Alikodra, guru besar Fakultas Kehutanan IPB Bogor. Menurutnya perkembangan virus flu burung yang telah merenggut puluhan jiwa orang Indonesia sejak dua tahun belakangan ini tidak lepas dari deforestasi yang tinggi di negeri ini. Menurut beliau, mikroba dan virus penyebab penyakit berbahaya akan aktif dan mati pada suhu tertentu, akibat deforestasi suhu udara rata-rata meningkat sehingga virus H5N1 berkembang lebih cepat.

Degradasi

Selain deforestasi, kerusakan hutan juga disebabkan oleh degradasi yang disebabkan oleh illegal logging, kebakaran hutan, over cutting, perladangan berpindah serta perambahan hutan.

Meskipun fenomena degradasi di Kabupaten Kebumen jarang terjadi, namun peristiwa degradasi di Kabupaten Kebumen masih dapat kita jumpai. Degradasi dilakukan secara sembunyi-sembunyi oleh oknum-oknum tertentu yang tidak bertanggung jawab.

Yang pertama adalah illegal logging atau penebangan liar. Hal ini bukan hanya masalah bagi Kebumen, namun juga sudah menjadi masalah global yang merepotkan berbagai negara. Penebangan liar adalah masalah yang cukup pelik dan sulit dipecahkan. Meskipun POLHUT( Polisi Hutan) sudah ditempatkan dan disiagakan untuk menangani hal ini, namun para pelaku illegal logging tetap saja masih bisa menjalankan aksinya. Kebanyakan dari tindakan illegal logging dibantu oleh ”orang dalam” sehingga aksi mereka dapat berjalan dengan lancar.

Penebangan liar dilakukan dengan cara sembunyi-sembunyi dan biasanya dilakukan oleh banyak orang yang tergabung dalam suatu badan usaha, kayu hasil penebangan liar itu diperdagangkan ke luar kota maupun ke luar negeri. Penebangan liar ini menyebabkan hutan rusak lebih cepat. Jika tiap hari ada 5 pohon saja yang ditebang, dalam satu minggu ada 35 pohon yang ditebang, dan dalam sebulan ada 1225 pohon yang ditebang. Sedangkan untuk menumbuhkan 1225 pohon, dibutuhkan puluhan tahun untuk menumbuhkannya kembali.

Yang kedua adalah kebakaran hutan, kebakaran hutan dapat disebabkan oleh faktor alam yaitu datangnya musim kemarau yang dapat memicu munculnya titik-titik api. Selain itu manusia juga mempunyai andil yang besar dalam beberapa kasus kebakaran hutan. Masyarakat yang membuka hutan untuk lahan pertanian membuka hutan dengan cara dibakar, selain itu tradisi masyarakat yang membakar ladangnya setelah panen juga mengakibatkan terbakarnya sebagian area hutan. Memang abu tumbuhan yang terbakar dapat dijadikan pupuk untuk menyuburkan tanah, namun apakah kita akan sabar menunggu berpuluh-puluh tahun untuk pohon-pohon pengganti? Sementara fungsi hutan sebagai penyimpan air akan hilang sehingga air langsung ditumpahkan ke lingkungan kita sebagai banjir.

Yang ketiga adalah over cutting atau penebangan yang berlebihan. Penebangan yang berlebihan menyebabkan berkurangnya jumlah pohon secara cepat. Walaupun dilakukan penanaman kembali, tetap saja penebangan yang berlebihan tidak dapat ditolerir. Kita hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk menebang semua pohon yang ada di bukit-bukit di Kebumen, namun untuk menumbuhkannya kita membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Perladangan berpindah serta perambahan hutan juga merupakan salah satu sebab rusaknya hutan di kabupaten Kebumen. Perladangan berpindah sudah ada sejak manusia purba mulai mengenal sistem pertanian. Masalahnya setelah mereka membuka hutan untuk ladang pertanian, mereka tidak mengolah lahan itu kembali, namun mereka membuka lahan yang baru. Sementara itu mereka juga tidak melakukan penanaman kembali. Misalnya, awalnya seorang membuka lahan seluas 2 hektar, lalu tahun berikutnya 2 hektar lagi, maka apabila hal itu dilakukan secara berkelanjutan maka bukan tidak mungkin hutan kebumen yang luasnya 39.317,2 hektar bisa habis dalam waktu yang singkat. Barangkali para pelaku perusakan hutan tidak lagi peduli dengan kelangsungan lingkungan hutan.

Akibat hutan yang rusak

Ada sebuah ungkapan yang berbunyi ”hutan adalah paru-paru dunia”, nampaknya ungkapan itu bukan hanya sebuah isapan jempol semata. Paru-paru merupakan organ pernafasan yang merupakan salah satu organ fital bagi manusia. Dari ungkapan di atas, kita dapat mengetahui bahwa hutan adalah suplier oksigen bagi dunia.

Salah satu akibat dari rusaknya hutan adalah pemanasan global atau global warming, pemanasan global adalah naiknya suhu rata-rata global. Ketika suhu meningkat, akan terjadi ketidakstabilan iklim dan perubahan iklim yang ekstrem.

Akibat dari perusakan hutan tidak hanya perubahan iklim global tetapi juga dapat berakibat tanah longsor, banjir, dan erosi. Disebutkan di atas bahwa salah satu fungsi hutan adalah sebagai penyimpan air dan pencegah erosi. Apabila tidak ada lagi akar-akar tanaman yang berfungsi sebagai penahan air, maka air hujan yang jatuh ke bumi akan mendatngkan berbagai bencana. Data-data dari berbagai situs di internet melaporkan bahwa hampir setiap tahun, paling tidak sejak tahun 2000. Contohnya di sekitar sungai Kemit, Lukulo, Kedungbener, daerah kecamatan Karanganyar, Adimulyo, Puring, dan juga daerah lain yang memang rawan banjir. Daerah genangan banjir di Kebumen makin meluas. Tanggul Kali Kemit di Desa Tegalsari Adimulyo kembali jebol selebar 100 meter. Beberapa rumah warga hanyut dan rusak. Ratusan rumah di kanan kiri tanggul juga kritis. Warga harus siaga menghadapi banjir susulan karena tanggul beberapa sungai yang dinormalisasi belum sempurna. Tanah urug juga mudah longsor bila air deras datang. Jalan-jalan di Kecamatan Adimulyo banyak yang tertutup air. Paling parah di Desa Tegalsari yang dikurung banjir dari Kali Kemit, Kali Kethek, Kali Abang dan Kali Karanganyar. Kedalaman air di sawah mencapai 175 cm, di jalan 90 cm. Ratusan rumah penduduk juga tergenang. Ironisnya, meskipun ilmu pengetahuan dan teknologi kian maju,namun hal ini terus berlanjut.

Selain banjir, pada musim kemarau debit air tanah berkurang drastis. Hal ini diakibatkan karena hutan-hutan yang ada di pegunungan hanya sedikit jumlahnya sehingga tidak dapat menampung persediaan air yang cukup untuk musim kemarau. Daerah-daerah seperti kecamatan Karangsambung memang merupakan daerah yang ”sulit air” sehingga mereka mengandalkan air dari sumber mata air yang ada di puncak-puncak bukit di Kebumen.

Selain bencana banjir dan kekeringan, kerusakan hutan di Kebumen juga berpengaruh terhadap kelangsungan hidup flora dan fauna yang ada di hutan Kebumen. Kini hanya ada sekitar 5 ekor kera di sekitar bukit Condong, dan di wilayah pegunungan Karst Gombong Selatan, tepatnya di area gua Petruk populasi kera juga sangat memprihatinkan, kera di area itu hanya berkisar antara 3-10 ekor saja. Akibat dari rusaknya hutan juga berakibat pada hampir punahnya burung elang jawa di Kebumen. Konon, di Kebumen juga pernah hidup macan tutul dan macan jawa.

Upaya pencegahan

hutan merupakan obyek vital bagi masyarakat dunia, khususnya Kebumen. Meskipun upaya reboisasi sudah dilakukan. Barangkali itu saja belum cukup, karena akar permasalahan itu sendiri bukan pada hutan ataupun alamnya, akan tetapi pada manusianya. Memang manusia tidak dapat sepenuhnya disalahkan, tapi tidak dapat kita pungkiri bahwa andil manusia dalam hal rusaknya hutan amatlah besar.

Kita harus mulai belajar untuk menghargai alam sebagaimana alam sudah memberikan banyak hal kepada manusia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah mengefektifkan aparat keamanan, karena aparat keamanan yang dalam hal ini adalah Polisi Hutan merupakan alat yang dapat menekan pembalakan liar dan illegal logging. Selain pengamanan, pemerintah juga harus selalu cermat dalam memberikan ijin usaha. Sebagian besar pelaku pembalakan liar sudah mengantongi surat ijin sehingga aparat keamananpun tidak dapat berbuat banyak. Mungkin filosofi jawa juga dapat diterapkan dalam hal ini, yaitu,”sapa negor, nandur” yang artinya siapa menebang dia juga harus menanam. Jadi apabila kita menebang pohon, alangkah bijaksana bila kita menanam pohon sebagai pohon pengganti.

Kita tidak tahu kapan bencana akan datang karena Tuhanlah yang Maha tahu dan Dialah yang menciptakan bencana itu. Pernah ada ungkapan “lebih baik mencegah daripada mengobati”. Jika meninjau dari segi ekonomi, dana yang dibutuhkan untuk penanggulangan bencana tentunya lebih besar daripada dana yang dibutuhkan untuk mengelola hutan maupun melaksanakan reboisasi. Seharusnya pemerintah daerah lebih tanggap terhadap situasi hutan Kebumen yang sangat memprihatinkan ini. Selain itu, masyarakat juga harus mempunyai kesadaran yang lebih bahwa mereka hidup bersama alam dan tidak dapat dipungkiri lagi bahwa hutan adalah salah satu sumber devisa untuk Kabupaten Kebumen.

anda pengunjung ke